Perkembangan terkini memperlihatkan bagaimana pemerintah berusaha menyeimbangkan antara tekanan fiskal jangka pendek dan agenda reformasi jangka panjang. Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa menghadapi kekhawatiran potensi shortfall pajak yang dapat mengganggu target tahun berikutnya, meskipun tetap optimistis terhadap pertumbuhan konsumsi rumah tangga sebesar 5,5%. Sebagai langkah strategis, pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah tentang Pajak Karbon dan mempersiapkan penerapan sistem Common Law ala Singapura sebagai fondasi skema Family Office. Di sisi pengawasan, Kemenkeu juga memperkuat sistem intelijen perdagangan luar negeri melalui optimalisasi LNSW.
Pemerintah tengah menyeimbangkan upaya reformasi ambisius dengan tantangan fiskal jangka pendek. Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa dihantui kekhawatiran shortfall pajak, yang menyebabkan target tahun depan bakal lebih sulit dicapai. Namun, Menkeu optimistis konsumsi rumah tangga akan tumbuh 5,5% berkat stimulus dan likuiditas yang cukup. Guna mengatasi tekanan penerimaan, Menkeu Purbaya menyiapkan intelijen baru untuk mengawasi ekspor-impor dengan menggunakan sistem LNSW (Indonesia National Single Window). Peningkatan pengawasan ini bertujuan mencegah perdagangan ilegal dan mengoptimalkan penerimaan kepabeanan.
Agenda reformasi hukum dan investasi menjadi sorotan utama. Sebagai syarat Family Office, Indonesia bakal menerapkan sistem Common Law seperti Singapura. Adopsi sistem hukum ini diperlukan untuk menarik modal asing ultra-kaya dan menunjukkan keseriusan pemerintah menjadikan Bali sebagai pusat keuangan global.
Sementara itu, inisiatif fiskal untuk ekonomi hijau mulai dikonkretkan. Presiden Prabowo mengatur skema pajak karbon dan insentif hijau melalui Peraturan Pemerintah (PP) yang telah terbit. Langkah ini menegaskan komitmen pemerintah terhadap ekonomi hijau dan mencari sumber penerimaan baru yang berkelanjutan, melengkapi upaya Menkeu Purbaya dalam mengatasi masalah shortfall pajak.
Kekhawatiran Purbaya akan shortfall pajak menjadi titik tolak utama, di mana target fiskal tahun depan akan sulit tercapai meski ada optimisme konsumsi rumah tangga. Kemenkeu merespons tantangan penerimaan ini dengan penguatan pengawasan melalui intelijen LNSW yang baru. Sementara itu, rencana penerapan Common Law untuk Family Office merupakan reformasi hukum yang sangat fundamental dan menimbulkan implikasi besar terhadap sistem hukum nasional, namun diperlukan untuk merealisasikan tujuan investasi asing. Penerbitan PP Pajak Karbon melengkapi agenda reformasi, menunjukkan bahwa pemerintah mencari sumber penerimaan baru dari sektor ekonomi hijau.
Situasi terkini menggambarkan fase transisi bagi pemerintah dalam menyeimbangkan tekanan fiskal akibat potensi shortfall pajak dengan agenda reformasi jangka panjang seperti penerapan sistem Common Law dan pengembangan skema Family Office. Menteri Keuangan Purbaya menghadapi tantangan besar untuk menjaga pertumbuhan konsumsi di level 5,5% sembari memastikan efektivitas sistem pengawasan LNSW dalam menekan kebocoran. Keberhasilan menarik investasi Family Office akan sangat ditentukan oleh seberapa kredibel penerapan sistem Common Law di Indonesia.